Sabtu, 19 November 2011

Produksi Dalam Bisnis

Produksi

Produksi adalah suatu kegiatan yang menghasilkan output dalam bentuk barang maupun jasa. Contoh: pabrik batre yang memproduksi batu baterai, tukang mie ayam yang membuat mie yamin, tukang pijat yang
memberikan pelayanan jasa pijat dan urut kepada para pelanggannya, dan lain sebagainya.

Perbedaan Barang dan Jasa

Ketika kita menyebut suatu barang, kita sering mengatakan sebagai satu produk, termasuk ketika kita mengatakan, "PT KAI harus memperbaiki produk yang mereka jual agar pelanggan tidak kecewa..." Bagi seorang pemasar (marketer) harus bisa membedakan dengan jelas karakteristik yang melekat baik pada jasa atau produk. Beberapa hal di bawah ini mencoba
memotret' perbedaan tersebut dengan harapan mahasiswa bisa menarik beberapa manfaat dari
tulisan ini. Enam perbedaan antara barang dan jasa, antara lain:


1) Barang jelas bisa dipegang sedangkan jasa tidak bisa dipegang. Ketika sebuah pabrik sepatu menemukan cacat pada produknya, mereka dengan mudah mengamati sepatu
tersebut dan kemudian menemukan solusinya. Ketika seorang pelanggan salon mengeluh
pegawai salon kurang ramah, manajemen salon itu tidak bisa langsung menemukan sebab
keluhan itu. Ia harus mengamati ketika terjadi 'transaksi' yaitu ketika pegawai salon
memberi layanan kepada pelanggannya.

2) Lebih banyak interaksi antara penyedia jasa dengan pelanggannya. Ini berbeda dengan
produk. Ketika kita membeli handphone, kita tidak tahu siapa orang-orang yang
membuatnya. Tapi ketika kita ikut kursus bahasa Inggris, kita langsung berinteraksi
dengan penyedia jasa, dan interaksi ini cukup sering, jauh lebih sering dibanding ketika
kita membeli barang.

3) Pada jasa, terdapat keterlibatan dalam produksi jasa tersebut. Ketika anda membeli
jasa penerbangan, anda ikut terlibat langsung dalam produksi itu. Anda tidak bisa
'ongkang-ongkang kaki' di rumah ketika ikut dalam penerbangan itu. Tapi begitu anda
ingin membeli laptop, anda bisa beli dari internet dan anda tidak terlibat sama sekali
dalam proses produksi laptop tersebut.

4) Ada persoalan serius ketika kita ingin mengontrol kualitas dan konsistensi jasa yang
kita jual. Ketika anda menabung di bank, dan ketika itu pegawai bank sedang banyak
masalah, mungkin anda akan dilayani dengan wajah merengut, tidak ramah. Anda jelas
tahu bahwa bank itu dikenal ramah dalam melayani pelanggannya. Tapi karena
pegawainya adalah manusia yang tentu sering susah, maka kualitas layanan sering
terganggu. Ketika ganti pegawai pun, kualitas dan konsistensi pelayanan

5) Tidak adanya persediaan (inventory) untuk jasa. Lihat hotel-hotel berbintang di sekitar
Anda. Ketika malam lewat dengan tenang dan kamar-kamar kosong, maka berlalu pula
kesempatan hotel itu untuk memperoleh pendapatan. Ini jelas karena hotel-hotel yang
kosong tidak bisa 'disimpan'. Jelas berbeda dengan produk, hari ini tidak laku, kita
simpan produk itu, dan esok hari bisa kita jual lagi...hingga laku.

6) Pentingnya waktu bagi pelanggan jasa. Betapa kesalnya Anda ketika Anda cukup lama
untuk antri membayar pajak. Anda ingin 'membuang' uang, tapi malah antri lama. Kesal
bukan? Ini titik kritisnya. Jika Anda menjual jasa perhatikan agar pelanggan jangan
menunggu lama. Lakukan pelayanan secepat mungkin. Beli produk? beli buku dari luar
negeri? Saya cukup sabar jika buku itu datang lebih dari seminggu. Mengantri karcis di
bioskop? Jika lebih dari lima belas menit, lebih baik saya tidak menonton film tersebut.
Perencanaan Lokasi
Perencanaan lokasi merupakan salah satu
aktifitas awal yang harus dilakukan pra
operasionalisasi perusahaan. Lokasi
direncanakan dengan tujuan yang sudah tidak
asing terdengar, yaitu efektif dan efisien atau
dengan kata lain disebut baik. Tujuan perencanaan lokasi untuk menentukan lokasi
perusahaan sebaik mungkin agar beroperasi
maupun berproduksi dengan lancar. Penentuan
lokasi yang baik akan memberikan output
kemampuan perusahaan. Kemampuan tersebut,
diantaranya perusahaan mampu melayani konsumen dengan memuaskan, memperoleh
bahan mentah yang cukup dan berkesinambungan pada harga yang diinginkan, mendapatkan tenaga kerja berkinerja, dan dikemudian hari mampu memperluas diri. Dengan demikian, dapat digoreskan empat variabel penentu lokasi usaha yang baik paling tidak mesti mempertimbangkan pasar, bahan baku, tenaga kerja, dan kesempatan perluasan. Banyak perusahaan didirikan dekat dengan pasar agar menggapai kuantitas maupun kualitas konsumen, cepat memberikan pelayanan, dan atau memperoleh biaya pengiriman yang hemat. Variabel pasar juga mempertimbangkan aspek keamanan produk serta kemungkinan
kerusakan selama dalam perjalanan pengiriman. Bagi perusahaan jasa tidak terhindarkan variabel
pasar dengan indikator kedekatan pasar lantas diukur secara ordinal melaui ukuran tingkat
kedekatan lokasi perusahaan dengan pasar adalah penting untuk dekat.
Perusahaan memerlukan bahan mentah untuk diolah. Bahan mentah tersebut, diangkut
dari tempat asal menuju lokasi perusahaan terkait. Perusahaan berkepentingan selalu
memperoleh bahan mentah secara mudah, murah dan cepat pada biaya yang minimal. Terdapat
dua alasan mengapa lokasi perusahaan dekat dengan tempat sumber bahan mentah. Alasanalasan
yang dimaksudkan ialah tingkat kebutuhan, dan tingkat ketahan bahan mentah. Seperti
perusahaan yang bergerak dalam bidang pertambangan maupun pengalengan ikan. Andai jauh
aduh berat memikulnya atau busuk diperjalanan.

Tenaga kerja termasuk variabel penentu lokasi usaha yang baik. Yang dipertimbangkan
berkenaan dengan misal upah tenaga kerja, kuantitas tenaga kerja, dan kualitas tenaga kerja.
Upah tenaga kerja terasa begitu krusial untuk perusahaan padat karya. Sedangkan variabel
penentu yang terakhir adalah kemungkinan perluasan. Semakin besar peluang perusahaan
memperluas dirinya di kemudian hari maka semakin baik lokasi perusahaan. Lokasi perusahaan
yang baik berhubungan dengan variabel pasar, tenaga kerja, bahan mentah, dan kemungkinan
perluasan.

Inefisiensi pada Proses Bisnis

Business process seperti kita ketahui bersama merupakan denyut nadi suatu organisasi.
Proses bisnislah yang selama ini menggerakkan roda suatu organisasi, sehingga kinerja suatu
organisasi akan sangat bergantung pada efektivitas dan efisiensi proses bisnisnya. Karena begitu
pentingnya peranan business process bagi suatu organisasi inilah maka tidak mengherankan kita
dapat menemukan berbagai macam metode dan cara untuk meningkatkan performa proses bisnis,
atau yang biasa dikenal dengan Business Process Improvement (BPI), mulai dari Six Sigma,
Total Quality Management (TQM), Business Process Re-engineering (BPR), hingga Lean.
Setiap metode tersebut memiliki karakteristik dan kelebihan masing-masing.
Pada kesempatan ini akan dibahas sekilas tentang sebuah prinsip dasar dari lean. Lean
merupakan sebuah metode yang diperkenalkan oleh Toyota, sebuah perusahaan otomotif terbesar
dunia. Lean yang nama aslinya adalah Lean Manufacturing atau Toyota Production System
memiliki tujuan utama mengeliminasi inefisiensi atau pemborosan (atau dalam bahasa jepangnya
adalah muda). Ada tujuh jenis pemborosan atau inefisiensi yang berusaha dibidik. Setiap jenis
pemborosan ini sangat sering ditemukan pada proses bisnis setiap organisasi. Berikut ini
merupakan ketujuh jenis pemborosan tersebut:

Over-Produksi

Over-Produksi dapat diartikan menghasilkan sesuatu secara berlebihan atau lebih cepat
dari yang dibutuhkan pada tahap berikutnya. Contoh bentuk inefisiensi ini antara lain pembuatan
kemasan yang lebih cepat dari isinya sehingga kemasan menumpuk di gudang (manufaktur),
mencetak laporan-laporan yang terlalu banyak yang sebenarnya “tidak” dibutuhkan
(perkantoran), dan penambahan fitur ekstra yang kurang berguna bagi user (software
development).
Pergerakan
Pergerakan yang dimaksud di sini adalah pergerakan atau perpindahan karyawan di
tempat kerja yang terlalu sering dan cenderung berlebihan. Contohnya adalah perpindahan
karyawan untuk menata barang di gudang (manufaktur), berjalan ke/dari mesin fotokopi
(perkantoran), dan perpindahan karyawan untuk mencari informasi (software development).
Menunggu
Yang dimaksud menunggu di sini adalah ketika seseorang atau sesuatu menunggu dengan
diam dan tidak mengerjakan aktivitas apapun. Menunggu merupakan salah satu bentuk pemborosan yang sangat kentara dan banyak terjadi di organisasi apapun. Contoh pemborosan
jenis ini antara lain produksi berhenti karena mesin rusak (manufaktur), proses berhenti karena
menunggu persetujuan dari atasan (perkantoran), dan pembangunan software belum bisa dimulai
karena masih menunggu customer menyusun kebutuhan software-nya (software requirement)
terlebih dahulu (software development).

Transportasi

Transportasi yang dimaksud adalah setiap perpindahan pekerjaan atau kertas form dari
satu step ke step berikutnya pada suatu proses. Contohnya adalah pemindahan material ke atau
keluar gudang (manufaktur), perpindahan dokumen dari satu tempat ke tempat lain, atau dari
satu kantor ke kantor lain (perkantoran), serta serah terima dan instalasi hasil pengerjaan
(software development).

Proses Ekstra
Proses ekstra maksudnya adalah melakukan sesuatu yang sebenarnya sudah tidak perlu
dilakukan lagi. Contoh pemborosan jenis ini antara lain proses produksi yang tidak efisien karena
alat yang sudah tidak memadai (manufaktur), entry data yang sebenarnya telah tersedia
sebelumnya atau tersedia di divisi lain (perkantoran), kode program selalu dibuat dari awal untuk
setiap project karena tidak memiliki source code library ataupun framework (software
development).
Inventaris (Inventory)
Pemborosan pada inventaris adalah dikarenakan persediaan yang terlalu berlebihan, yang
sering tejadi karena produksi yang tidak sesuai dengan permintaan dari customer. Contohnya
dapat berupa menumpuknya bahan baku di gudang (manufaktur), persediaan peralatan kantor
yang terlalu banyak (perkantoran), dan banyaknya dokumen requirement dalam bentuk kertas
(software development).
Rusak atau Cacat
Rusak atau cacat yang dimaksud disini adalah segala bentuk kesalahan, error, atau
koreksi akibat dari pekerjaan atau aktivitas yang tidak dilakukan dengan baik sebelumnya. Rusak
atau cacat merupakan bentuk inefisiensi yang paling banyak ditemukan di semua organisasi.
Bentuk-bentuk dari pemborosan ini antara lain barang hasil produksi yang cacat (manufaktur),
input data yang salah ataupun adanya kesalahan pencetakan dokumen (perkantoran), dan bug
yang tidak ditemukan ketika fase testing (software development).
Jeffery Liker, seorang profesor dari Universitas Michigan menambahkan satu lagi pemborosan
yang sering terjadi di suatu organisasi, yaitu tidak dimanfaatkannya potensi dan kemampuan
karyawan. Sering kali kreativitas, ide, maupun skill karyawan tidak dapat sepenuhnya
dikeluarkan untuk kepentingan organisasi. Hal ini dapat disebabkan kesalahan penempatan posisi
karyawan atau karena tanggung jawab dan kewenangan yang terlalu dibatasi dalam organisasi
tersebut.

Setiap waktu organisasi selalu berusaha untuk mencari cara bagaimana meningkatkan
pendapatan dan menurunkan biaya-biaya. Pemborosan atau inefisiensi yang terjadi pada proses
bisnis sehari-hari di organisasinya tentunya sangatlah kontra-produktif dengan semangat
tersebut. Karena itu setiap organisasi yang ingin maju haruslah mampu mengidentifikasi
pemborosan-pemborosan apa saja yang masih terdapat dalam dirinya, untuk kemudian berusaha
semaksimal mungkin untuk mengeliminasinya. Selain dapat meningkatkan pendapatan dan
menurunkan biaya, manfaat lain jika pemborosan-pemborosan tersebut dapat dikurangi atau
dihilangkan antara lain mampu meningkatkan kualitas produk dan layanan yang dihasilkan,
mengurangi tingkat frustrasi pekerja, hingga dapat meningkatkan kepuasan pelanggan.



Keterangan:
1. Konsumen Barang
Pada fase ini konsumen barang memiliki permintaan akan pemenuhan kebutuhan mereka
terhadap barang – barang furniture. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka mereka
datang dan mencari barang – barang furniture yang mereka kehendaki ke pasar output
atau pasar untuk barang – barang hasil produksi furniture. Pada diagram tersebut
permintaan terhadap barang – barang furniture digambarkan oleh tanda panah dari
diagram 1.konsumen barang menuju ke diagram 2. pasar output.
2. Pasar Output
Pasar output atau disebut juga pasar barang – barang hasil produksi yang menjual
furniture ini merupakan tempat bertemunya antara dua pihak yakni pihak konsumen
barang yang memiliki permintaan terhadap pemenuhan kebutuhan barang – barang
furniture dengan produsen barang yang memiliki penawaran barang – barang furniture
hasil produksi mereka. Pada pasar output inilah harga terbentuk akibat dari adanya
permintaan dan penawaran yang terjadi antara dua belah pihak. Pada pasar output inilah
kesepakatan harga akan terjadi.
3. Produsen Barang
Produsen barang biasanya akan timbul akibat adanya permintaan pemenuhan kebutuhan
barang dari konsumen barang. Akibat dari adanya permintaan yang tinggi terhadap
pemenuhan kebutuhan barang – barang furniture dari konsumen barang maka timbullah
penawaran barang dari produsen barang penghasil furniture ke konsumen barang yang
terjadi di pasar output. Pada diagram, penawaran barang – barang hasil produksi dari
produsen furniture ke konsumen digambarkan oleh tanda panah dari produsen barang
menuju ke pasar output.
4. Konsumen factor – factor produksi
Kondisi ini merupakan kondisi dimana produsen berperan sebagai konsumen. Untuk
memproduksikan sebuah furniture pastilah memerlukan banyak factor diantaranya bahan
baku yaitu kayu yang didapat dari alam, kemudian tenaga ahli pembuat furniture, tenaga
ahli ukir yang bisa didapat dari masyarakat yang memiliki keahlian tersebut dan factor
lainnya. Untuk memenuhi factor – factor tersebut maka produsen atau disebut juga
konsumen factor – factor produksi akan melakukan permintaan terhadap pasar factor –
factor produksi. Permintaan produsen terhadap pasar factor – factor produksi ini
digambarkan oleh diagram dengan tanda panah dari produsen atau konsumen factor –
factor produksi menuju ke pasar factor – factor produksi.
5. Pasar factor – factor produksi
Munculnya pasar factor – factor produksi sebagai hubungan sebab akibat dari upaya
pemenuhan permintaan factor – factor produksi dari produsen selaku konsumen factor –
factor produksi terhadap rumah tangga konsumen. Dalam hal ini kembali lagi terjadi
adanya pembentukan dan kesepakatan harga yang diakibatkan adanya permintaan dan
penawaran yang terjadi antara dua pihak.
6. Pemilik atau penjual factor produksi
Pemilik atau penjual factor produksi ini merupakan salah satu rumah tangga konsumen
yang memiliki peranan sebagai penyuplai factor – factor produksi kepada para produsen
yang menghendaki factor – factor produksi sebagai suatu kebutuhan yang harus dipenuhi.
Factor produksi bukan hanya sebatas barang – barang saja tetapi juga seperti jasa ataupun
tenaga ahli dan sumber daya manusia. Pada perusahaan furniture pemilik factor produksi
yaitu masyarakat yang mengolah kayu, tenaga ahli ukir, tenaga ahli pembuat furniture,
dsb.





Kesimpulan
Terdapat beberapa macam bentuk pemborosan atau inefisiensi pada proses bisnis yang lazim
terjadi dalam suatu organisasi. Pemborosan atau inefisiensi ini adalah segala hal yang tidak
mendatangkan nilai atau sia-sia belaka. Usaha mengurasi inefisiensi dalam proses bisnis tersebut
merupakan suatu cara yang efektif untuk meningkatkan keuntungan dan memangkas biaya-biaya
organisasi.


Tugas SIA II Kempok :

Yossi Belgrado (34109463)
Ibnu Ubaidilah (35109699)
Moch. Sidik Sutrisno (34109770)
Rai Ardinata (31109231)
Yudha Priandoni (34109679)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih..